Upaya Membersihkan Tanah Dari Bahan Pencemaran Dikenal Dengan Istilah
Upaya Membersihkan Tanah Dari Bahan Pencemaran Dikenal Dengan Istilah.
TEKNOLOGI BIOREMIDIASI Bikin Pengolahan POPs
Berlandaskan terminology, bioremediasi berasal berpokok dua kata ialahBio(hidup) danremediation(kembali) nan artinya pengembalian daerah atau lokasi yang terkena maupun terpapar limbah kimia dengan uluran tangan makhluk umur atau sebagian terserah yang menyatakan dengan menuntaskan masalah. Bioremediasi mengacu sreg segala proses yang menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba tersebut bikin membersihkan atau menetralkan bahan-bahan ilmu pisah dan limbah secara aman dan salah satu alternatif dalam mengatasi komplikasi lingkungan. Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau “remediate” yang. Secara masyarakat bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan bibit penyakit bakal menuntaskan masalah-masalah lingkungan ataupun cak bagi menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari petak, lumpur, air tanah ataupun air permukaan sehingga lingkungan tersebut lagi bersih dan alamiah.
Metode bioremediasi bersifat organik dan terbukti tenang dan tenteram dan juga efektif bikin membeningkan tanah atau negeri perairan nan terpapar oleh limbah pertambangan atau industri seperti patra mentah, dalam kaitannya dengan proses investigasi dan produksi migas. Selain digunakan cak bagi proses eksplorasi petrol dan asap, bioremediasi sudah digunakan di berbagai aplikasi industri – industri lainnya, misalnya untuk membersihkan minyak baik di dalam dan seputar pabrik-industri amunisi militer, lokasi pertambangan, kemudahan petrokimia, tangki penyimpanan bawah tanah, rel kereta, dan kapal laut dan tidak – tidak.
Mikroba yang hidup di petak dan air tanah memakan senyawa hidrokarbon ataupun minyak hijau. Selepas senyawa minyak dimakan, proses pencernaan lega bibit penyakit tersebut secara alami menidakkan campuran minyak menjadi air dan gas nan tak berbahaya dan aman bagi lingkungan. Proses bioremediasi menjajari tanah ke bentuk asalnya, sehingga lega hati untuk digunakan di berbagai jenis mileu baik bagi kegiatan pertanaman, perkebunan, peternakan dan tak – lain.
Bioremediasi seutuhnya menggunakan mikroba nan secara alami dan dapat hidup di tanah. Bibit penyakit tersebut tidak membahayakan lingkungan. Mikroba diberi vitamin riil pupuk yang lazim digunakan di ujana dan lahan huma kiranya tumbuh dan berkreasi secara efektif sehingga dapat mempercepat proses remediasi dan juga bukan ada tambahan mangsa kimia berbahaya selama proses bioremediasi. Bioremediasi sudah di uji dengan Standar Pengujian Tanah (SPT) dengan memperalat Besaran Petroleum Hydrocarbon (TPH) merupakan persentase kandungan minyak mentah plong tanah yang terpapar kerjakan menentukan tingkat tenang dan tenteram bagi lingkungan.
Di Indonesia maupun Jagat, bioremediasi dianggap sebagai proses yang mudah dan efektif untuk mengolah tanah terpapar minyak dengan TPH maksimal 15%. Pengujian dilakukan secara sedikit demi selama siklus penggarapan untuk parameter TPH dan pH. Momen hasil pengujian TPH kapling sudah cacat alias sebagai halnya 1%. Persil dapat dipindahkan dari lokasi perebusan dan dinyatakan tenang dan tenteram bikin lingkungan. Selain itu kebaikan dari pemakaian bioremediasi yaitu kesepakatan digunakan, mudah diterapkan, harganya murah, boleh dilaksanakan dimana sekadar dan dapat menyetip resiko kerusakan lingkungan paser tingkatan. Namun dibalik semua kelebihannya, Bioremediasi punya kekurangan seperti pemantauan yang harus intensif, membutuhkan lokasi tertentu, menghasilkan dagangan nan enggak dikenal dan enggak semua bahan ilmu pisah dapat dikerjakan. Tetapi seiring dengan berkembangnya sains dan teknologi, bioremediasi dapat dikembangkan lebih baik kembali.
Bioremediasi sangat dianjurkan sebagai metode nan kesepakatan dan efektif makanya raga-badan lingkungan usia di seluruh marcapada lakukan perusahaan lombong dan industri yang mengadakan kegiatan produksinya. Raga – jasad lingkungan nasib yang memunculkan metode ini sama denganCanadian Environmental Quality Guidelines, Canada-Wide Standards for Petroleum Hydrocarbons in SoildanUS Environmental Protection Agency. Negara-negara Uni Eropa pula menerapkanDutch Benderauntuk bioremediasi di masing – masing wilayahnya. Oleh karena itu mutakadim kiranya Indonesia memakai teknologi bioremediasi ini dan mengembangkannya pun menyosialisasikan ke awam, bukan membatasi pemakaiannya yang nyatanya sudah lalu terjadi di Indonesia.
Patogen yang nyawa di tanah dan di air tanah boleh “memakan” bulan-bulanan kimia berbahaya tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis patra bumi. Mikroba mengubah alamat kimia ini menjadi air dan tabun yang tidak berbahaya misalnya CO2. Kuman yang secara spesifik menunggangi karbonium dari hidrokarbon minyak bumi bagaikan sumur makanannya disebut sebagai bakteri petrofilik. Bakteri inilah yang menjabat peranan penting internal bioremediasi lingkungan yang tercemar limbah minyak manjapada.
Faktor utama agar bakteri dapat membersihkan sasaran ilmu pisah berbahaya dari lingkungan, adalah adanya mikroba yang sesuai dan terhidang kondisi lingkungan yang lengkap panggung tumbuh basil sebagai halnya guru, pH, nutrient dan kuantitas oksigen.
Bioremediasi lewat kesepakatan bakal digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah suka-suka dilingkungan (tanah). Kuman ini adalah mikroba yang tak berbahaya cak bagi lingkungan maupun mahajana. Bioremediasi kembali dikatakan kerukunan karena enggak menggunakan/ menambahkan bahan kimia n domestik prosesnya. Nutrien yang digunakan bagi membantu pertumbuhan mikroba yaitu pupuk yang digunakan dalam kegiatan pertanian dan pertanian. Karena bioremediasi mengubah bahan ilmu pisah berbahaya menjadi air (H2O) dan gas tidak berbahaya (CO2), maka senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya.
Teknologi bioremediasi banyak digunakan puas polusi di persil karena beberapa keuntungan menggunakan proses saintifik / bioproses. Tanah atau air lahan yang tercemar boleh dipulihkan ditempat minus harus mengganggu aktifitas setempat karena tak dilakukan proses pengangkatan polutan. Teknik ini disebut bak penggodokan in-situ. Teknik bioremediasi nan diterapkan di Indonesia merupakan teknik ex-situ ialah proses pengolahan dilakukan ditempat yang direncanakan dan lahan tercemar / polutan diangkat ke tempat pengolahan.
Masa yang diperlukan bagi menyelesaikan pengolahan tergantung pada faktor jenis dan kuantitas senyawa polutan yang akan dikerjakan, matra dan kedalaman daerah yang tercemar, jenis lahan dan kondisi setempat dan teknik nan digunakan. Varietas petro mentah ringan (light crude sesuai nomor Jago merah ) yang diselesaikan dengan teknik biopile bioaugmetnasi dan konsentrasi pengolahan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kepmen LH 128/2003 yaitu max 15% memerlukan waktu 4 – 6 wulan. Padahal minyak yunior berat (heavy crude) akan memerlukan periode dari 1 tahun ataupun lebih. Kondisi ini beraneka macam dari satu area tercemar dengan wilayah lainnya, sehingga periode yang diperlukan dalam rentang 4 rembulan sampai 1 masa.
Kondisi intiha (end point) kerjakan menyatakan bahwa proses bioremediasi berdampak dan radu adalah konsentrasi besaran hidrokarbon gasolin (TPH) 1%. Kepmen LH 128/2003 lakukan ketika ini baru menggunakan parameter TPH sahaja karena kegiatan yang menerapkan teknologi bioremediasi masih terbatas pada industri migas.
Biaya yang diperlukan bakal melakukan bioremediasi berada lega rentang US $25 – 75 per ton tanah olahan, tergantung pada kondisi pengotoran. Harga ini masih lebih murah dibandingkan dengan menggunakan teknik pengolahan lainnya misalnya insinerasi nan bisa mencapai 4 sampai 10 mungkin lipatnya.
Bioremediasi sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk membersihkan berbagai jenis polutan enggak berjasa minus keterbatasan. Bioremediasi tidak dapat diaplikasikan kerjakan semua macam polutan, misalnya cak bagi kontaminasi dengan pemusatan polutan nan sangat tataran sehingga toksik buat mikroba atau bikin pencemar macam besi berat sebagai kadmium dan Pb. Dimasa yang kelak, penerapan teknologi bioremediasi di Indonesia akan berkembang tidak tetapi tekor pada pemulihan kapling tercemar minyak bumi di industri migas, hanya juga pencemaran di industri otomotif, SPBU dan industri lainnya seperti mana pertanian. Dengan demikian, polutan targetnya bukan hidrokarbon minyak bumi semata-mata tetapi juga senyawa inorganik lainnya seperti pestisida.
Pendekatan molekular misalnya identifikasi bibit penyakit dengan 16sRNA atau 18sRNA bikin mengetahui keberlimpaphan kuman dalam proses bioremediasi dapat dilakukan bagi meningkatkan kinerja bioproses. Teknologi molekular ini sudah tersedia dan dibandingkan dengan teknik identifikasi konvesional nan saat ini umum digunakan di Indonesia memberikan musim pengawasan lebih cepat. Namun demikian, pemanfaatan teknik molekular ini masih mahal dan belum terlazim seumpama prerogatif.
Permintaan bioremediasi di Indonesia mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Semangat Nomor 128 Tahun 2003 (KepMen LH no. 128/2003) mengatur tentang tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan petak terkontaminasi makanya minyak marcapada secara biologis. Disini dicantumkan bahwa bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal. Lega umumnya, di daerah yang tercemar jumlah patogen yang cak semau tidak mencukupi lakukan terjadinya bioproses secara alamiah. Internal teknologi bioremediasi dikenal dua cara menstimulasi pertumbuhan kuman, adalah denganbiostimulaidanbioaugmentasi.
Biostimulasiadalah menggandakan dan mempercepat pertumbuhan basil nan sudah ada di dalam lahan tercemar dengan pendirian memberikan lingkungan pertumbuhan nan diperlukan, merupakan penyisipan nutrient (misalnya sendang Nitrogen dan Phospor) dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dulu kurang, maka harus ditambahkan patogen bagi mencapai jumlah mikroba biasanya 10^3 cfu/gram* tanah sehingga bioproses dapat dimulai. Basil nan ditambahkan adalah bakteri yang sebelumnya diisolasi dari petak tercemar kemudian setelah melalui proses orientasi di laboratorium diperbanyak dan kembalikan ke kancah asalnya lakukan memulai bioproses. Penyisipan kuman dengan mandu ini disebut sebagaibioaugmentasi.
Kondisi lingkungan yang layak akan membantu mikroba tumbuh, berkembang dan “memakan” polutan tersebut (atau memanfaatkan Carbon dari polutans sebagai sumber energi untuk pertumbuhan). Sebaliknya jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, bibit penyakit akan bertaruk dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak boleh ditemukan di negeri yang tercemar. Dengan demikian, perencanaan teknis (engineering design) yang moralistis memegang peranan utama lakukan mendapatkan proses bioremediasi nan efektif.
Dalam permintaan teknik bioremediasi dikenal dua teknik nan sangat umum diterapkan yaitu biopile dan landfarming. Puas teknik biopile, tanah tercemar ditimbun diatas saduran kedap air dan stok udara yang diperlukan maka itu mikroba dilakukan dengan memasang perpipaan untuk aerasi (pemberian udara) dibawah onggokan tanah tercemar. Pompa mega dipasang diujung perpipaan sehingga semua adegan tanah nan mengandung patogen dan polutan berkontak dengan awan. Dengan teknik ini, ketinggian tanah timbunan yakni 1 sampai 1,5 meter. Teknik landfarming dilakukan dengan menghamparkan tanah tercemar diatas lapisan kedap air. Ketebalan hamparan persil 30 – 50 cm memungkinkan susunan mikroba dengan mega. Lakukan menjamin bahwa semua bagian pecah lahan yang terjamah terkontak dengan udara maka secara berkala hamparan tanah tersebut di balikkan. Tera landfarming digunakan karena proses pembalikan tanah yang dilakukan seperti pembalikan tanah pron bila persiapan lahan untuk pertanian.
Berdasarkan lokasi pemakaian bioremediasi, terserah dua metode nan rata-rata digunakan dalam bioremediasi :
Pertama yakni metode
In-Situ. Metode ini memproses materi yang terpapar minyak di lokasi yang bersangkutan dan biasanya digunakan pada kondisi ketika tidak mungkin menularkan petak dari lokasi. Tetapi metode in-telaga dinilai kurang efektif untuk eksplorasi dan produksi minyak mentah karena lokasi yang terpapar petro mentah tidak dapat digunakan sampai proses bioremediasi selesai dilaksanakan. Selain itu proses bioremediasi memerlukan irigasi dan aerasi lahan secara teratur sepanjang periode waktu tertentu. Aerasi tanah di n domestik dan sekitar lokasi produksi minyak mentah merupakan situasi yang susah, sampai-sampai kadang-kadang tidak mungkin bagi dilakukan tanpa menghentikan produksi. Dengan demikian, metode ini dapat menyebabkan hilangnya produktivitas produksi petro berasal lokasi nan berkepentingan n domestik jangka hari yang lama. Metode ini memproses materi nan terpapar minyak di lokasi yang bersangkutan dan rata-rata digunakan pada kondisi ketika tidak bisa jadi memindahkan kapling dari lokasi. Namun metode in-situ dinilai kurang efektif bikin eksplorasi dan produksi petro mentah karena lokasi yang terpapar petro mentah tidak boleh digunakan sampai proses bioremediasi selesai dilaksanakan. Selain itu proses bioremediasi memerlukan irigasi dan aerasi tanah secara teratur selama masa waktu tertentu. Aerasi tanah di dalam dan seputar lokasi produksi patra bau kencur adalah hal nan runyam, bahkan kadangkala lain mungkin buat dilakukan sonder menghentikan produksi. Dengan demikian, metode ini dapat menyebabkan hilangnya daya produksi produksi minyak berpunca lokasi nan bersangkutan dalam jangka perian nan lama.
Selanjutnya ialah metode
Ex-Tasik
Dalam metode ini, materi yang terpapar patra plonco digali dan dikirim dengan aman ke lokasi nan secara spesifik dirancang lakukan ki melatih dan menjernihkan petak tersebut secara efektif dan efisien. Lokasi perebusan terdiri atas beberapa sel pengolahan yang secara periodik dilakukan proses penyiraman dan pembajakan bagi memastikan aerasi berjalan dengan baik. Antara aktivitas pengairan dan aerasi, lokasi didiamkan kiranya mikroba dapat bekerja cak bagi meratah paduan patra. Ex-situ adalah metode yang pahit lidah efektif buat pengolahan tanah terpapar minyak mentah karena metode ini memungkinkan penggarapan sonder mengganggu proses produksi. Dalam metode ini, materi yang terpapar minyak plonco digali dan dikirim dengan tenang dan tenteram ke lokasi yang secara spesial dirancang kerjakan mengolah dan membersihkan tanah tersebut secara efektif dan efisien. Lokasi penggodokan terdiri atas bebepa penjara pengolahan yang secara berkala dilakukan proses penyiraman dan pembajakanuntuk memastikan aerasi berjalan dengan baik. Antara aktivitas irigasi dan aerasi, lokasi didiamkan agar mikroba bisa berkreasi bikin memakan senyawa petro. Ex-telaga adalah metode nan pahit lidah efektif bakal penggodokan tanah terpapar minyak mentah karena metode ini memungkinkan pengolahan tanpa mengganggu proses produksi.
Tentang manfaat dari bioremediasi secara umum adalah sebagai berikut:
- Remediasi berbasis biologis mendetoksifikasi zat berbahaya, enggak hanya mentransfer kontaminan dari satu wahana lingkungan semangat yang enggak;
- Bioremediasi umumnya memiliki resep perlindungan terhadap lingkungan nan lebih baik daripada proses pengolahan berbasis proses riset
- Biaya yang dibutuhkan pengolahan situs limbah berbahaya menggunakan teknologi bioremediasi bisa jauh lebih rendah dari yang bikin metode penggarapan konvensional: vacuuming, absorbing, burning, dispersing, ataupun proses memindahkan material
Persyaratan dasar dan bersusila-bermartabat penting dalam proses bioremediasi:
- Oxygen pada level residual 1 ppm
- Gizi inorganic Essential
- Mikroba dan substrate harus n domestik kontak maksimal
- Air – baik dalam bentuk cegak ataupun dalam bentuk garam
Kondisi lain yang harus diperhitungkan, seperti pH, hawa, salinitas, spesies kontaminan
Bioremediasi ini bisa menjadi solusi bagi penguraian material yang sebagai berikut:
1. Dagangan Minyak yang bisa ter-bio-degradasi (gas, diesel, objek bakar minyak)
• senyawa patra yunior (benzena, toluena, xilena, naftalena)
• beberapa pestisida (malathion)
• beberapa pelarut pabrik
• paduan batubara (fenol, sianida intern pek batu bara dan limbah kokas )
2. Sebagian ter-kebangkrutan/ Persistent
• TCE (trichloroethylene) yanga akan mencemari air tanah
• PCE (perchlorethlene) pelarut dry cleaning
• PCB (telah terdegradasi di laboratorium, cuma tak n domestik kerja pelan)
• Arsen, Chromium, Selenium
3. Bukan degradable / Recalcitrant
• Uranium
• Raksa
• DDT
Organisme yang mahajana lakukan Bioremediasi :
- Minyak : Pseudomonas, Proteus, Bacillus, Penicillum,Cunninghamella
- Aromatic Rings : Pseudomonas, Achromobacter, Bacillus, Arthrobacter, Penicillum, Aspergillus, Fusarium, Phanerocheate
- Cadmium : Staphlococcus, Bacillus, Pseudomonas, Citrobacter, Klebsiella, Rhodococcus
- Sulfur : Thiobacillus
- Chromium : lcaligenes, PseudomonasCopperEscherichia, Pseudomonas
Adapun anggota aktif berbunga konsorsium mikroba dalam bioremediasi :
- Alcaligenes denitrificans
- Arthorbacterglobiforms
- Arthrobactersp
- Bacillus megaterium
- Berijerinckia sp
- Flavobacterium
- Methanobacterium
- Mycobacterium sp
- Mycobacterium vaccae
- Nitrosomonas eurupaca
- Nocardia corallia
- Nocardia erythropolis
- Nocardia sp
- Pseudomonas aeruginosa
- Pseudomonas cepacia
- Pseudomonas fluorescence
- Pseudomonas glatheri
- Pseudomonas mendocina
- Pseudomonas methanic
- Pseudomonas paucimobilis
- Pseudomonas putida
- Pseudomonas sp.
- Pseudomonas testosterone
- Pseudomonas vesicularis
Teknologi Bioremediasi untuk Pengolahan POPs
Teknologi pengolahan POPs saat ini mutakadim banyak dikembangkan, misalnya bagaikan berikut :
- Proses destruksi termal pada temperature tangga dengan menggunakan pembakaran dengan temperature janjang dan teknologi non-pembakaran (Plasma Arc, Geo Melt,
GPCR, desorpsi termal, dan pirolisis, dll) - Teknologi pembakaran non-oksidatif (SCWO, oksidasi katalitik, Oksidasi Elektrokimia ter-mediasi (CerOx, AEA, silver II), dll)
- Teknologi reduksi (Base Catalysed Destruction/BCD process,
APEG, Dehalogenasi berkatalis tembaga, Proses Hagenmaier, Reduksi Sodium,
Solvated Electron Technology, dll) - Teknologi perusakan fotolitik (Solar Detoxification,
degradasi fotokimia, destruksi UV, foto-katalisis) - Bioremediasi/biodegradasi
Gambar Teknologi potensial yang relevan internal proses penguraian PCDD-PCDF dan senyawa POPs di lingkungan
(a) MCD (b) Desorpsi Termal
Gambar Contoh Unit Pemroses Teknologi
Mechanochemical Dehalogantion
(MCD) dan
Thermal Desorption
Diagram 1. Teknologi Non-Combsution lakukan Remediasi POPs bagi level Full scale
Tabel 2. Teknologi Non-Combsution bagi Remediasi POPs untuk level Pilot scale
Permohonan teknologi bioremediasi untuk presentasi dan pengolahan POPs sudah banyak dilakukan. Pada prinsipnya, bioremediasi cak bagi senyawa POPs tidak memiliki banyak perbedaan prinsipil secara signifikan, karena kejayaan proses terletak lega proses modifikasi, pengkondisian, sekali lagi seleksi patogen yang tepat.
Adapun beberapa teknologi bioremediasi yang sudah diidentifikasi keberhasilannya dalam pengolahan POPs ialah andai berikut:
- Biodegradasi aerobic dengan menggunakan Mikroorganisme Tanah Terisolasi
- Degradadi dieldrin dengan menggunakan pupuk terisolasi dari kapling tercemar endosulfan
- Biodegradasi secara langsung dengan menunggangi perkongsian bakteri baru untuk menempa kloro-metiltio-s-triazin
- Proses Bioremediasi Anaerobik Menunggangi Tepung Darah.
Teknologi ini mengaku menggunakan proses biostimulasi dengan amandemen untuk meningkatkan level degradasi Toxaphene intern tanah atau sedimen oleh mikroorganisme anaerobik. Buat pengolahan, agen biologis seperti abu darah (kersang dan darah hewan duli), yang digunakan umpama zat makanan, dan fosfat, yang digunakan sebagai penyangga pH ditambahkan ke bahan nan terkontaminasi.
Rangka Serdak darah maupun
blood meal
5. Teknologi DARAMEND®
DARAMEND®telah digunakan untuk mengolah limbah berkekuatan terbatas yang terinfeksi dengan Toxaphene dan DDT. Namun plong dasarnya teknologi ini yakni modifikasi berbunga bioremediasi yang menggunakan pembuatan pengkondisian an-oksik dan oksik secara kronologis. Penyisipan DARAMEND®
sebagaibahan organic pendegradasi, besi bervalensi 0, dan air akan merangsang pengkhitanan oksigen secara biologi dan kimia, serta menghasilkan kondisi (anoksik) nan tinggal kuat dalam matriks persil. Teknologi ini sudah banyak digunakan untuk mem-bioremediasi tanah yang tercemar pestisida toxafen, HCB, DDT dan lagi kontaminan lainnya, tapi tak bisa digunakan buat mematangkan ataumenghancurkan senyawa PCB, dioksin, dan furan. Teknologi ini pula dapat digunakan secara in-tasik dan ex-situ.
Tulang beragangan Tanah yang sedang dilakukan Proses Bioremediation Menggunakan proses DARAMEND®
6. Teknologi fitoteknologi untuk bioremediasi POPs menggunakan bakteri puas akar susu tanaman cak bagi mendegradasi, menstabilkan atau bahkan menggagalkan senyawa POPs yang terkandung dalam air tanah dan pun internal petak. Doang sejauh ini, teknologi ini plonco berkembang sejauh penerbang plant. Akan halnya mekanisme teknologi ini dijelaskan sebagai berikut :
- Memperluas dan meningkatkan kemampuan bio-kebangkrutan senyawa polutan dalam tanah sekitar akar susu tumbuhan
- Phytovolatilization (transfer senyawa polutan menuju mega melangkaui proses respirasi tumbuhan)
- Phytoextraction ataupun phytoaccumulation yaitu dengan menyerap senyawa dengan proses absorpsi oleh akar tanaman lalu mentranslokasikannya menuju patera atau bagian akar
- Phytostabilization, ialah produksi senyawa kimia oleh tanaman lakukan melumpuhkan kontaminan pada antarmuka akar dan tanah
- Cais hidrolik, eksploitasi pokok kayu untuk mencegah dan mentranspirasikan sejumlah besar air kapling atau air parasan untuk control
- Evapotranspiration, pemakaian kemampuan tanaman untuk menangkap air hujan lakukan mencegah infiltrasi dan mengambil dan menghilangkan volume yang signifikan dari air setelah memasuki dasar permukaan untuk meminimalkan perkolasi ke dalam limbah yang terkandung.
Gambar Contoh Site yang menggunakan teknologi Tanaman untuk bioremediasi
Views: 32552
Upaya Membersihkan Tanah Dari Bahan Pencemaran Dikenal Dengan Istilah
Source: https://sib3pop.menlhk.go.id/index.php/articles/view?slug=teknologi-bioremidiasi-untuk-pengolahan-pops