Orang Utan Termasuk Kedalam Kelompok Hewan

Orang Utan Termasuk Kedalam Kelompok Hewan

Orang utan

Periode

Pleistosen Awal– Sekarang

PreЄ

Є

O

S

D

C

P

T

J

K

Pg

N

Pongo


Orang Utan, Semenggok Forest Reserve, Sarawak, Borneo, Malaysia.JPG

Orang utan kalimantan
(Pongo pygmaeus)

Rekaman





Data
Cara bergerak berayun


Waktu kehamilan 265 hari


Makanan utama buah, Daun, telur,
remaja, madu, kacang pohon dan Pepagan


Taksonomi
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mammalia
Ordo Primates
Famili Hominidae
Genus Pongo





Lacépède, 1799
Tipe taksonomi Pongo pygmaeus

[[Bernard Germain de Lacépède |Lacépède]], 1799 (Simia satyrus
Linnaeus, 1760)
Tata nama
Sinonim takson Faunus
Oken, 1816

Lophotus
Fischer, 1813

Macrobates
Billberg, 1828

Satyrus
Lesson, 1840

Species
Pongo pygmaeus

Pongo abelii

Pongo tapanuliensis

Pongo hooijeri

Pongo weidenreichi

Distribusi

Orangutan distribution.png

Jarak tiga spesies ekstan

Orang utan
(bentuk tidak baku:
orangutan) atau
mawas
adalah salah satu jenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropis Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra.[1]
[2]
Pada kala Pleistosen, orang utan tersebar ke penjuru Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Orang utan awalnya dianggap sebagai spesies tunggal dalam genus

Pongo
. Namun, pada tahun 1996, genus ini dibagi menjadi dua spesies: Orang utan kalimantan (P. pygmaeus, dengan tiga subspesies) dan Orang utan sumatra (P. abelii). Spesies ketiga, Orang utan tapanuli (P. tapanuliensis), diidentifikasi secara definitif pada tahun 2017. Orang utan merupakan satu-satunya spesies yang masih hidup dalam subfamili Ponginae, yang terdiversifikasi secara genetis dari hominid lainnya (gorila, simpanse, dan manusia) antara 19,3 dan 15,7 juta tahun yang lalu.

Orang utan merupakan kera besar yang paling arboreal, menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Mereka memiliki tangan yang panjang dan kaki yang pendek secara proporsi, dan memiliki rambut coklat kemerahan yang menutupi tubuhnya. Pejantan dewasa berbobot sekitar 75 kg (165 pon), sementara bobot betina mencapai sekitar 37 kg (82 pon). Pejantan dewasa dominan mengembangkan bantalan yang khas dan membuat panggilan panjang yang menarik perhatian betina dan mengintimidasi lawan; pejantan bawahan yang lebih muda tidak memilikinya dan lebih menyerupai betina dewasa. Orang utan adalah kera besar yang paling menyendiri: ikatan sosial umumnya terjadi antara ibu dan anaknya yang dependen. Buah adalah komponen terpenting dari makanan orang utan; namun mereka juga memakan vegetasi, pepagan, madu, serangga dan telur unggas. Mereka dapat hidup lebih dari 30 tahun, baik di alam liar maupun di penangkaran.

Orang utans adalah salah satu primata terpintar. Mereka menggunakan berbagai alat-alat canggih dan membangun sarang tidur yang rumit setiap malam dari dahan from ranting dan dedaunan. Kemampuan belajar kera ini telah diteliti secara ekstensif. Terdapat perbedaan budaya dalam populasi. Orang utan telah ditampilkan dalam sastra dan seni setidaknya sejak abad ke-18, terutama dalam karya-karya yang mengomentari masyarakat manusia. Studi lapangan tentang kera dipelopori oleh primatolog Birutė Galdikas dan mereka telah dipelihara dalam fasilitas penangkaran di seluruh dunia setidaknya sejak abad ke-19 awal.

Ketiga spesies orang utan dianggap terancam punah. aktivitas manusia menyebabkan penurunan parah dalam populasi dan persebaran. Ancaman terhadap populasi orang utan liar termasuk perburuan liar (untuk daging semak dan pembalasan karena memakan tanaman), perusakan habitat dan deforestasi (untuk budidaya minyak sawit dan penebangan), dan perdagangan hewan peliharaan ilegal. Sejumlah organisasi konservasi dan rehabilitasi alam liar didedikasikan untuk kelangsungan hidup orang utan di alam liar.

Etimologi

Secara etimologi, istilah “orangutan” diambil dari perkataan dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia,[3]
yaitu terdiri dari kata gabungan

ourang

yang berarti orang dan

utan

yang merupakan kata untuk hutan.[4]
[5]

Deskripsi

Orang utan mencakup tiga spesies, yaitu orang utan sumatra (Pongo abelii), orang utan kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus), serta orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis).[6]
Orang utan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan manusia dengan tingkat kesamaan DNA sebesar 96,4%.[7]

Ciri-Ciri

Orang utan memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.[8]
Dengan tinggi sekitar 1,25-1,5 meter,[9]
tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecokelatan.[2]
Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.[8]

Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut di sekitar wajah.[10]
Mereka mempunyai indra yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.[8]

Berat orangutan jantan sekitar 50–90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 30–50 kg.[9]
Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari.[8]
Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.[8]

Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.[6]
Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.[6]

Klasifikasi

Perbandingan individu orang utan jantan (dari kiri ke kanan): Kalimantan, Sumatra, Tapanuli

Orangutan yang berada dalam genus Pongo terdiri atas tiga spesies, yaitu orangutan kalimantan/borneo (Pongo pygmaeus), orangutan sumatra (Pongo abelii),[11]
serta orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Nenek moyang orangutan sumatra dan kalimantan berbeda sejak 1,1 sampai 2,3 juta tahun yang lalu.[11]

Penelitian genetik telah mengidentifikasi tiga subspesies orangutan borneo:
P. p. pygmaeus,
P. p. wurmbii, dan
P. p. morio.[11]
Masing-masing subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan meliputi ukuran tubuh.[11]

  • Orangutan kalimantan tengah (P. p. wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.[11]
    Mereka merupakan subspesies orangutan borneo yang terbesar.[11]
  • Orangutan kalimantan timur laut (P. p. morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur.[11]
    Mereka merupakan subspesies yang terkecil.[11]

Saat ini tidak ada subspesies orangutan sumatra yang diidentifikasi.[11]

Lokasi dan habitat

Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia.
[butuh rujukan]

Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.
[butuh rujukan]

Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan keruing, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan.
[butuh rujukan]

Di Kalimantan, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada ketinggian 1.000 m dpl.
[butuh rujukan]

Orangutan Sumatra merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di Sumatra.
[butuh rujukan]

Orangutan di Sumatra hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan.
[butuh rujukan]
Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai terancam kritis oleh IUCN.[12]

Di Sumatra, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatra Utara.
[butuh rujukan]

Populasi orangutan liar di Sumatra diperkirakan sejumlah 7.300.[13]
Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatra (Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor.
[butuh rujukan]

Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor.
[butuh rujukan]

Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis.
[butuh rujukan]

Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah.[14]

Saat ini hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya.
[butuh rujukan]

Hanya dua populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat.[12]
Populasi orangutan terbesar di Sumatra dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu).
[butuh rujukan]

Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru, Sumatra Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.
[butuh rujukan]

Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai
endangered
oleh IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu
Pongo pygmaeus pygmaeus
yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak;
Pongo pygmaeus wurmbii
yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan
Pongo pygmaeus morio.
[butuh rujukan]

Di Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.[15]

Makanan

Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan.[8]
90% dari makanannya berupa buah-buahan.[6]
Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan[16]

Selain itu mereka juga memakan nektar,madu dan jamur.[6]
Mereka juga gemar makan durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya.[6]

Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.[8]

Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan minuman, dan berbagai jenis pohon pada musim yang berbeda-beda.[16]
Melalui ini, dapat terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta lokasi hutan yang kompleks di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan tenaga pada saat mencari makanan.[16]
Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis pohon dan tanaman, yang mana yang bisa dimakan dan bagaimana cara memproses makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam.[16]

Predator

Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia.[8]
Selain manusia, predator orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular piton, dan elang hitam.[8]

Cara melindungi diri

Orangutan termasuk makhluk pemalu.[17]
Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.[17]

[butuh rujukan]

Reproduksi

Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun.[10]

Orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali.[7]
Umur orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang hidupnya orangutan betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya.[7]
Di mana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat.[7]

Cara bergerak

Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil
brachiating.[8]
Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.[8]

Cara hidup

Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam sekawanan yang besar.[6]
Mereka merupakan hewan yang semi-soliter.[6]
Orangutan jantan biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina biasanya ditemani oleh beberapa anaknya.[6]
Orangutan adalah hewan arboreal, artinya ia hidup atau beraktivitas di atas pohon. Hal ini berbeda dengan kera besar lainnya, seperti gorila dan simpanse, yang merupakan hewan terrestrial (menghabiskan hidup di tanah).[18]

Beberapa fakta menarik

  • Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar matahari.[19]
    Orangutan Sumatra usia 6 tahun yang hidup di rawa barat Sungai Alas Sumatra menggunakan tongkat untuk mendeteksi madu tapi perilaku tersebut tidak pernah ditemukan di antara orangutan di wilayah pesisir timur. Hal ini menunjukkan keragaman perilaku dalam adaptasi lingkungan.[20]
  • Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m.[10]
  • Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km.[10]
    Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.[10]

Populasi

Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di wilayah Asia Tenggara.[21]
Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk memperkirakan jumlah populasi yang tepat.[21]
Di Borneo, populasi orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu.[21]
Di Sumatra, jumlahnya diperkirakan sekitar 200 individu. Hal ini terjadi akibat pembukaan lahan yang berlebihan.[21]

Penyebab Turunnya Populasi

orangutan adalah habitat yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang untuk diambil kayunya.[6]
Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun.[6]
Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama.[6]
Jika seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi didirikan untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan induknya.[6]
Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.[6]

Pembukaan lahan dan konversi perkebunan

Di Sumatra, populasi orangutan hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya 2,6 juta hektare yang mencakup Aceh dan Sumatra Utara.[22]
Leuser telah dinyatakan sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang terpenting dan ditunjuk sebagai UNESCO Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra pada tahun 2004.[22]
Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional Gunung Leuser, tetapi kebanyakan para orangutan tinggal di luar batas area yang dilindungi, di mana luas hutan berkurang sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area penebangan dan sebagai kawasan pertanian.[22]

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami berkurangnya jumlah hutan tropis terbesar di dunia.[22]
Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya laju deforestasi.[22]
Sekitar 15 tahun yang lalu, tercatat sekitar 1,7 juta hektare luas hutan yang terus ditebang setiap tahunnya di Indonesia, dan terus bertambah pada tahun 2000 sebanyak 2 juta hektare.[22]

Penebangan legal dan ilegal telah membawa dampak penyusutan jumlah hutan di Sumatra.[22]
Pembukaan hutan sebagai ladang sawit di Sumatra dan Kalimantan juga telah mengakibatkan pembabatan hutan sebanyak jutaan hektare, dan semua dataran hutan yang tidak terlindungi akan mengalami hal yang sama nantinya.[22]

Konflik mematikan yang sering terjadi di perkebunan adalah saat di mana orangutan yang habitatnya makin berkurang karena pembukaan hutan harus mencari makanan yang cukup untuk bertahan hidup.[22]
Spesies yang dilindungi dan terancam punah ini sering kali dipandang sebagai ancaman bagi keuntungan perkebunan karena mereka dianggap sebagai hama dan harus dibunuh.[22]

Orangutan biasanya dibunuh saat mereka memasuki area perkebunan dan merusak tanaman.[23]
Hal ini sering terjadi karena orangutan tidak bisa menemukan makanan yang mereka butuhkan di hutan tempat mereka tinggal.[23]

Perdagangan ilegal

Secara legal, orangutan telah dilindungi di Sumatra dengan peraturan perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki, membunuh atau menangkap orangutan.[22]
Tetapi pada praktiknya, para pemburu masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan hewan.[22]

Menurut hukum internasional, orangutan masuk dalam apendiks I pada daftar CITES(Convention on International Trade in Endangered Species) yang melarang dilakukannya perdagangan dalam bentuk apapun mengingat status konservasi dari spesies ini di alam bebas.[22]
Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan, baik itu permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan.[22]
Anak orangutan sangat bergantung pada induknya untuk bertahan hidup dan juga dalam proses perkembangan, untuk mengambil anak dari orangutan maka induknya harus dibunuh.[22]
Diperkirakan, untuk setiap bayi yang selamat dari penangkapan dan pengangkutan merepresentasikan kematian dari orangutan betina dewasa.[22]

Menurut data dari situs web WWF, diperkirakan telah terjadi pengimporan orangutan ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang terjadi antara tahun 1985 dan 1990.[23]
Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka ada 3 sampai 5 hewan lain yang mati dalam prosesnya.[23]
Perdagangan orangutan dilaporkan terjadi di Kalimantan, baik orangutan hidup atau mati juga masih tetap terjual.[23]

Status konservasi

Orangutan Sumatra telah masuk dalam klasifikasi terancam kritis (critically endangered) dalam daftar IUCN. Populasinya menurun drastis di mana pada tahun 1994 jumlahnya mencapai lebih dari 12.000, tetapi pada tahun 2003 menjadi sekitar 7.300 ekor.[22]
Data pada tahun 2008 melaporkan bahwa diperkirakan jumlah orangutan sumatra di alam liar hanya tinggal sekitar 6.500 ekor.[22]

Secara historis, orangutan ditemukan di kawasan hutan lintas Sumatra, tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatra Utara dan provinsi Aceh.[22]
Habitat yang sesuai untuk orangutan saat ini hanya tersisa sekitar kurang dari 900.000 hektare di pulau Sumatra.[22]

Saat ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar.[22]
Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan.[22]

Orangutan merupakan spesies dasar bagi konservasi.[22]
Mereka memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan.[22]
Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan.[22]

Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagain macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.[22]

Catatan kaki


  1. ^


    (Inggris)National Geographic
  2. ^


    a




    b




    (Inggris)Red Ape Diarsipkan 2022-09-23 di Wayback Machine.

  3. ^


    “Orangutan”.
    Lexico. Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 December 2014. Diakses tanggal
    23 December
    2014
    .





  4. ^


    Sastrawan, Wayan Jarrah (2022). “The Word ‘Orangutan’: Old Malay Origin or European Concoction”.
    Bijdragen tot de Land-, Taal- en Volkenkunde.
    176
    (4): 532–41. doi:10.1163/22134379-bja10016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 April 2022. Diakses tanggal
    12 April
    2022
    .





  5. ^


    Harper, Douglas. “Orangutan”.
    Online Etymology Dictionary. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 November 2012. Diakses tanggal
    4 May
    2012
    .




  6. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    m




    n




    (Inggris)Orangutan Foundation
  7. ^


    a




    b




    c




    d




    (Inggris)SOS
  8. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    (Inggris)Senses
  9. ^


    a




    b




    (Inggris)Orangutans
  10. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    (Inggris)Biology
  11. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    (Inggris)info/info-books/orangutan/scientific-classification.htm Spesies
    [
    pranala nonaktif permanen
    ]


  12. ^


    a




    b




    (Inggris)IUCN

  13. ^

    Requested 10th January 2007; Submitted 27th January, Launched February 6th 2007. Nellemann, C., Miles, L., Kaltenborn, B. P., Virtue, M., and Ahlenius, H. (Eds). 2007. The last stand of the orangutan – State of emergency: Illegal logging, fire and palm oil in Indonesia’s national parks. United Nations Environment Programme, GRID-Arendal,Norway, www.grida.no. ISBN 978-82-7701-043-5

  14. ^


    “Salinan arsip”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal
    2007-03-28
    .





  15. ^


    (Inggris)redlist
  16. ^


    a




    b




    c




    d




    (Inggris)Diet
  17. ^


    a




    b




    Hari Yuwono, Eko; Purwo, Susanto (2007).
    Guidelines for Better Management Practices on Avoidance, Mitigation and Management of Human-Orangutan Conflict in and around Oil Palm Plantations. Indonesia: WWF-Indonesia. hlm. 7. ISBN 979-99919-6-X.





  18. ^


    (Inggris)Behaviour

  19. ^


    (Inggris)Fun Fact

  20. ^


    “Orangutan Sumatra Pongo abelii Punya Ide”. Diakses tanggal
    29 Desember
    2012
    .




  21. ^


    a




    b




    c




    d




    (Inggris)Population
  22. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    f




    g




    h




    i




    j




    k




    l




    m




    n




    o




    p




    q




    r




    s




    t




    u




    v




    w




    x




    y




    z




    (Inggris)Orangutan Crisis
  23. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    (Inggris)Oranutan Threats

Pranala luar

  • BOSF
  • Yayasan BOS
  • FNPF
  • yayasan OUREI
  • (Inggris)
    Hutan dengan orangutan Diarsipkan 2014-04-28 di Wayback Machine.
  • [1]



Orang Utan Termasuk Kedalam Kelompok Hewan

Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan

Baca :   Siklus Air Kelas 5 Tema 8

Artikel Terkait

Leave a Comment